Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor (tengah) bersiap sebelum menanam mangrove di Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut. (Dok. Diskomnfo MC Kalsel) |
BANUATODAY.COM, KURAU - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan aksi penanaman pohon mangrove dan Launching Program Karbon Biru Net Zero Emission from the Ocean (NEMO) Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, dalam kesempatan tersebut mengatakan, peringatan lingkungan hidup yang diperingati setiap tahunnya bertujuan meningkatkan kesadaran global untuk mengambil tindakan yang positif bagi perlindungan alam dan bumi.
“Sampai saat ini permasalahan lingkungan terbesar adalah sampah, khususnya sampah plastik. Sehingga ditetapkan tema di 2023 yaitu “Solusi untuk Polusi Plastik,” kata Sahbirin, Tanah Laut, Senin (5/6/2023).
Dikatakan Sahbirin, Kalsel terkenal dengan banyaknya sungai yang merupakan berkah sekaligus menjadikan waspada dimana sudah banyak penelitian menyebutkan pencemaran mikro plastik di sungai dan laut, yang membahayakan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
“Oleh karenanya, saya mengimbau kepada setiap Bupati/Walikota se-Kalsel untuk bersama-sama mengawal dan meningkatkan pengelolaan sampah dengan ketat,” ucap Gubernur yang akrab disapa Paman Birin ini.
Kalsel memiliki 67 persen ekosistem pesisir, dari luas total provinsi ini.
Menurut Sahbirin, ekosistem pesisir sangat berperan sebagai perlindungan darat dan laut.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki kemampuan menyimpan karbon, hingga sepuluh kali lipat polusi karbon per hektare, dibandingkan dengan kemampuan hutan hujan.
“Sehingga mangrove lah yang menjadi andalan mengurangi pemanasan global. Pada hari ini, mari kita gelorakan revolusi hijau, bersama seluruh Bupati/Walikota, kita lakukan aksi serempak penanaman mangrove di pesisir dan juga tanaman lain di daerah aliran sungai, sekaligus membersihkan sampah plastik. Dengan cara ini kita mendukung komitmen pengurangan emisi karbon,” tambah Sahbirin.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menyebutkan, Hari Lingkungan Hidup Sedunia bertujuan untuk mengajak kepedulian dan kesadaran dunia untuk mengambil tindakan bagi perlindungan alam dan bumi.
“Tujuan diselenggarakan kegiatan ini dalam bentuk aksi dan kampanye terhadap pengelolaan lingkungan hidup, khususnya masalah sampah plastik dan perubahan iklim. Kami merasa penting hal ini harus terus digaungkan untuk penyadartahuan, pentingnya kelola sampah dan menjaga ekosistem demi keberlanjutan fungsi lingkungan hidup,” kata Hanifah.
Diakui Hanifah, lokasi tersebut istimewa karena nama desa sama dengan tanaman ekosistem mangrove yang akan ditanam yaitu bakau (Rhizopora Apiculata).
Bibit yang ditanam hari ini juga berasal dari pembibitan oleh masyarakat setempat.
Pemberdayaan kelompok masyarakat ini harus didukung terus oleh semua pihak sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus perlindungan wilayah pesisir.
Ditambahkan Hanifah, peringatan ini dilaksanakan dalam bentuk aksi serempak membersihkan sampah plastik dan penanaman pohon di 13 Kabupaten/Kota.
Untuk wilayah dengan pesisir menanam mangrove. Sedangkan untuk wilayah tanpa pesisir melakukan penanaman pohon pada daerah aliran sungai atau lokus lainnya.
Pada kesempatan tersebut dilakukan launching project NEMO sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan ekosistem mangrove di pesisir Kalsel.
Sebagai langkah awal akan dilakukan penandatanganan kerja sama dan komitmen upaya pemulihan lahan kritis pesisir, dan penyerahan bibit Rhizopora Apiculata dari Gubernur ke kelompok masyarakat setempat.
Seperti lahan basah lainnya, memulihkan ekosistem mangrove memiliki tantangan yang cukup tinggi.
“Hari ini akan ditanam 7.000 bakau seluas 2,5 hektare dengan metode rumpun berjarak. Metode ini didukung dengan waktu penanaman yang tepat, sehingga diharapkan tingkat keberhasilan tumbuh akan menjadi lebih tinggi,” ucap Hanifah.
Pada 2025 ditambahkan Hanifah, pemerintah menargetkan bisa mengurangi sampah sebesar 30 persen dan dapat menangani tumpukan sampah sebesar 70 persen.
Bukan target yang mudah, mengingat hal mendasar adalah perubahan budaya perilaku, tetapi kita harus optimis dan bekerja bersama untuk mewujudkannya. (pem/enw)