ILUSTRASI |
BANUATODAY.COM, JAKARTA - Kualitas udara di wilayah DKI Jakarta beberapa hari terakhir menjadi perhatian serius publik.
Bahkan pada Selasa (8/8/23) kemarin, Jakarta dinyatakan sebagai kota besar paling berpolusi.
Peringkat dirilis IQAir dengan indeks kualitas udara Jakarta terukur mencapai 164 secara akumulatif.
Sementara itu, konsentrasi partikel debu halus atau PM2,5 mencapai 16,5 kali lebih tinggi daripada standar rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Bahkan di media sosial, banyak warganet yang mengeluhkan beberapa ketidaknyamanan di tenggorokan mereka hingga hidung.
Tingkat polusi udara yang tinggi bisa mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat terutama terkait masalah ISPA.
Tidak hanya itu, polusi udara juga bisa meningkatkan risiko kemandulan, menurut laporan studi yang dilakukan di China.
Dikutip dari pmjnews, Rabu (9/8/23), analisis terhadap 18 ribu pasangan di China menemukan bahwa paparan tingkat polusi partikel yang cukup tinggi dapat meningkatkan risiko infertilitas 20 persen lebih besar.
Lebih jauh, para peneliti menemukan bahwa wanita yang terpapar polusi partikel kecil 10 mikrogram per meter kubik lebih tinggi selama setahun memiliki risiko infertilitas 20 persen lebih besar.
Adapun tingkat polusi rata-rata untuk pasangan China adalah 57µg/m3.
Sedangkan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi wanita yang tidak hamil setelah 12 bulan mencoba meningkat dari 15 persen menjadi 26 persen.
Hal itu membandingkan kuartal yang terpapar polusi terendah dengan kuartal yang menderita polusi tertinggi.
Tim peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain termasuk usia, berat badan, pendapatan, merokok, minum alkohol, dan tingkat olahraga.
Tim peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain termasuk usia, berat badan, pendapatan, merokok, minum alkohol, dan tingkat olahraga. (pol/win)