PETUGAS: Tantangan tim pembangunan Listrik Desa dikarenakan kondisi medan jalan dalam proses mobilisasi material - Foto Istimewa |
BANUATODAY.COM, BANJARBARU – PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UID Kalselteng) berhasil melakukan penyambungan 5 sistem Unit Listrik Desa (ULD) di Kalimantan Tengah menjadi sistem grid melalui program dedieselisasi. Sistem ULD tersebut adalah Sistem Sungai Hanyu, Sistem Menthobi Raya, Sistem Tumbang Miri, Sistem ULD Tumbang Lahung, dan Sistem ULD Tumbang Kaman. Dengan pensiunnya 5 ULD tersebut, PLN UID Kalselteng menghemat lebih dari Rp 4 milyar setiap bulan.
Sistem ULD Sungai Hanyu berada di Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kuala Kapuas memiliki jumlah pelanggan sebanyak 694, Sistem Menthobi Raya di Kecamatan Menthobi Raya Kabupaten Lamandau dengan 1.856 pelanggan, Sistem Tumbang Miri berlokasi di Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dengan pelanggan sebanyak 675, Sistem ULD Tumbang Lahung di Kecamatan Permata Intan Kabupaten Murung Raya miliki 444 pelanggan dan yang paling baru diresmikan penyalaannya yaitu Sistem ULD Tumbang Kaman di Kecamatan Sanaman Mantikei Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah dengan 1.356 pelanggan pada 2 November 2023.
General Manager PLN UID Kalselteng Muhammad Joharifin dalam keterangan tertulisnya mengatakan, bahwa program dedieselisasi ini berdampak sangat positif, baik untuk PLN, bagi pelanggan maupun lingkungan.
“Program dedieselisasi ini adalah salah satu program unggulan PLN di 2023 ini, sebab PLN bisa memangkas penggunaan bahan bakar minyak untuk biaya operasionalnya,” ujar Joharifin.
Secara ekonomis operasional sistem ULD sangat tinggi, sebab rata-rata biaya operasi 5 ULD tersebut yakni sebesar Rp 3.964,37 untuk menghasilkan 1 kilo Watt hour (kWh). Kemudian listriknya yang dijual ke masyarakat adalah Rp 1.444,70 per kWh sehingga ada selisih dari Rp 2.500 per kWh, tambah Joharifin.
“Kalau secara hitung-hitungan pengoperasian sistem ULD jelas rugi, namun dengan semangat sila ke lima Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dan demi terwujudnya energi berkeadilan hingga ke pelosok, PLN tetap ambil langkah tersebut,” kata Joharifin.
Bagi pelanggan, dengan sistem listrik yang sudah terkoneksi sistem grid ini, maka listrik dapat menyala 24 jam, sebab tidak dibatasi oleh stok bahan bakar.
“Sistem ULD masih ada yang nyala hanya 12 jam atau malam saja, sebab keterbatasan stok bahan bakar karena transportasi pengiriman BBM yang jauh dan melewati medan yang sulit. Namun dengan sistem grid ini listrik nyala penuh, jadi masyarakat bisa menggunakan listrik siang malam. Harapannya tingkat produktifitas masyarakat jadi meningkat dan kesejahteraan juga menjadi bertumbuh,” imbuhnya.
BACA JUGA: Momen HLN ke-78, PLN Gratiskan Pasang Listrik 116 Keluarga Lewat Program Light Up The Dream
Program dedieselisasi ini adalah salah satu program kunci untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) demi mencapai target Net Zero Emission 2060.
“PLN telah berkomitmen untuk mencapai NZE 2060. Program dedieselisasi ini adalah proyek transisi energi yang tidak terhindarkan lagi mengingat perubahan iklim telah menjadi ancaman serius dunia. Seperti kita tahu bahwa pembangkit diesel mengeluarkan asap karbon CO2 yang mengganggu kelestarian alam,” tegas Joharifin.
Joharifin mengapresiasi seluruh tim PLN yang bekerja dalam program dedieselisasi ini beserta seluruh pihak yang terlibat baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat setempat yang merelakan lahannya untuk ditanami prasarana tiang listrik.
“Terima kasih atas kerja keras dan kerjasama semua pihak. Alhamdulillah hingga hari ini kita sudah menyelesaikan 5 sistem ULD yang masuk grid dari 38 sistem ULD yang ada. Kendati tidak mudah sebab tantangan yang luar biasa mulai dari infrastruktur jalan yang sulit hingga proses pembebasan lahan yang panjang, namun sinergitas dan kesadaran bersama bahwa listrik adalah kebutuhan pokok seluruh masyarakat, maka kami yakin kita bisa mempensiunkan seluruh ULD yang ada di sistem kelistrikan Kalselteng.” pungkas Joharifin. (rls/fsl)