BANUATODAY.COM, JAKARTA - Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag mendorong pesantren melakukan digitalisasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberi bantuan 1.080 lap top dan diklat transformasi digital.
Plt Direktur PD Pontren Waryono Abdul Ghafur mengatakan, digitalisasi sangat penting sebagai bentuk adaptasi pesantren terhadap perkembangan zaman.
“Pesantren harus melakukan adaptasi, karena hanya yang bisa beradaptasi yang memiliki keberlanjutan. Kalau tidak melakukan adaptasi akan ditelan zaman,” ujarnya saat memberi sambutan pada Transformasi dan Penguatan Layanan Data Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam, di Jakarta, Rabu (20/12/2023).
"Bantuan 1.000 lap top dan diklat transformasi digital menjadi ikhtiar Kemenag dorong digitalisasi pesantren," sambungnya.
Bantuan 1.080 laptop diberikan kepada 270 pesantren di 34 provinsi.
Laptop sudah didistribusikan pada Juni - Juli 2023.
Waryono menyayangkan sikap sebagian pesantren yang masih belum mau beradaptasi dengan alasan menjaga wasiat. Pesantren dimaksud tidak mau memakai komputer, laptop, dan teknologi digital lainnya.
“Bentuk menjaga wasiat semacam ini agaknya perlu ditafsir ulang. Sebab kalau tidak, kasihan penerusnya, karena pesantren yang tidak mau beradaptasi dengan zaman bisa ditinggal masyarakat,” lanjutnya.
Meski demikian, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu optimis mayoritas pesantren mampu beradaptasi dengan zaman. Sebab, pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai kultur adaptif.
Dia berharap pesantren yang telah mendapat bantuan digitalisasi pesantren dari Kemenag dapat memanfaatkan bantuan itu dengan maksimal.
Pesantren diharapkan membuat dan mengaktifkan kanal-kanal media guna menyebarluaskan informasi yang penting kepada masyarakat.
Sebab, kata dia, hari ini kekuatan pesantren ada pada publikasi. Pesantren yang gencar melakukan publikasi akan semakin dikenal oleh masyarakat.
Untuk itu, dia menegaskan bahwa pesantren perlu menyiapkan sumber daya manusia atau operator yang terampil di dalam mengoperasikan teknologi.
“Operator itulah yang nantinya akan mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pesantren, seperti kitab apa yang dikaji, bagaimana profil kiainya, dan lain-lain, ke dalam kanal digital milik pesantren,” tandasnya.
Sejauh ini Waryono belum puas dengan peran pesantren tradisional di dunia digital.
Menurutnya, sebagian pesantren tradisional belum mampu menampilkan dirinya di media. Sehingga, ketika publik luar negeri mengakses pesantren melalui dunia digital, yang keluar bukan pesantren tradisional.
“Untuk itu kami benar-benar mendorong pesantren untuk melakukan digitalisasi. Dan salah satu ikhtiar yang bisa kami lakukan adalah dengan memberikan bantuan digitalisasi untuk pesantren,” imbuh pria kelahiran Cirebon itu.
Selain untuk mengaktivasi dan menggencarkan publikasi media, Waryono juga berharap pesantren melakukan pengembangan pembelajaran.
Pembelajaran yang dulu dilakukan secara tradisional sekarang dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi.
“Misalnya dengan memproduksi konten-konten edukatif,” terangnya.
Waryono menegaskan bahwa bantuan digitalisasi pesantren merupakan terjemahan atas program transformasi layanan umat Menag Yaqut. Dia pun bertekad untuk melanjutkan program ini.
“Kami akan terus berusaha meningkatkan layanan kepada pesantren terutama pemerataan bantuan digitalnya,” pungkasnya. (pr/fzl)