BANUATODAY.COM, JAKARTA - Bertepatan dengan HUT Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ke-23 dan upaya untuk memastikan sawit Indonesia terus berkelanjutan serta memberikan kesejahteraan kepada keluarga besar petani sawit di Indonesia, DPP Apkasindo memberikan Penghargaan “Apkasindo Award“.
Penghargaan diberikan kepada Kepala Daerah, Asosiasi dan Praktisi yang telah dinilai memiliki komitmen dalam pengembangan kelapa sawit secara berkelanjutan di daerah yang dilaksanakan di salah satu hotel di Jakarta, Kamis (7/12).
Kegiatan ini dihadiri oleh Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPD Apkasindo) di seluruh Indonesia dengan menghadirkan beberapa pakar, praktisi dan narasumber yang kompeten dibidangnya dengan mengambil tema “Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Pilar Ekonomi Indoneia".
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Erlangga Hartarto, Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor yang akrab disapa dengan Paman Birin merupakan satu-satunya Kepala Daerah yang menerima apresiasi Apkasindo Award 2023.
Penghargaan diterima Gubernur melalui oleh Plt. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Kalsel yang juga Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, drh. Suparmi.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Bapak Erlangga Hartarto mewakili Presiden Republik Indonesia.
Pada kesempatan ini juga Provinsi Kalimantan Selatan menerima 2 (dua) penghargaan sekaligus, dimana selain kepada Gubernur Kalsel penghargaan juga diberikan kepada Ketua Koperasi Kelapa Sawit yaitu Koperasi Sawit Makmur dari Kabupaten Tanah Laut sebagai satu-satunya koperasi sawit di Indonesia yang telah memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Mendapatkan apresiasi penghargaan dari Apkasindo, Paman Birin menyampaikan komitmen Pemprov Kalsel untuk pengembangan perkebunan dan peternakan di Banua.
“Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk terus bergerak menyejahterakan rakyat melalui perkebunan dan peternakan,” kata Paman Birin.
Paman Birin menyebut, inovasi Siska Ku Intip (Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma) terbukti berhasil.
Inovasi ini untuk peningkatan produksi dan populasi sapi melalui pemanfaatan lahan sawit inti-plasma, pemanfaatan limbah industri sawit dan pelepah sawit untuk pakan ternak, penguatan pembiayaan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan penguatan rantai pasok ternak dan hasil ternak.
Sebelum program Siska Ku Intip dilaksanakan di Kalsel, Paman Birin menyebut budidaya ternak sapi di Kalsel bersifat tradisional, biaya produksi sapi yang tinggi, penggembalaan sapi di kebun sawit kurang efisien baik dari segi waktu, biaya dan tenaga karena sapi digembalakan secara lepas liar.
“Alhamdulilah, setelah adanya program Siska Ku Intip, pola produksi sapi telah berubah menjadi berbiaya rendah karena memanfaatkan sumber pakan yang ada di kebun sawit, pekebun dan peternak pun sejahtera,” ungkap Paman Birin. (adp/niz)