Trending

SIMAK! Penggunaan Botol Air Mineral Berulang Kali Bisa Bahayakan Kesehatan

ILUSTRASI -  Botol air mineral (Pixabay)

BANUATODAY.COM - Penggunaan botol air mineral secara berulang-ulang ternyata bisa membahayakan kesehatan.

Hal ini berdasarkan penelitian dari sebuah studi Columbia University yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science.

Studi ini menemukan bahwa penggunaan berulang botol kemasan plastik berisiko memaparkan zat berbahaya yang mengakibatkan masalah kesehatan yang parah.

Peneliti menjelaskan, botol kemasan plastik biasanya terbuat dari Polyethylene Terephthalate (PET/PETE). 

Simbol PET kerap ditemukan pada plastik kemasan dan minuman seperti botol air minuman kemasan.

Sebagai informasi, Polyethylene Terephthalate diproduksi hanya untuk plastik sekali pakai sehingga menggunakan kembali botol plastik tidak baik untuk kesehatan.

"Ketika botol sekali pakai digunakan berulang kali, jumlah bahan kimia dan racun yang merembes keluar dari plastik ke dalam air akan semakin banyak," ungkap peneliti seperti dilansir One Green Bottle dikutip banuatoday.com Rabu (19/06/2024).

Proses ini dapat menyebabkan akumulasi zat berbahaya seperti di-ethylhexyl phthalate (DEHP) di dalam aliran darah Anda, yang berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan yang parah.

Selain itu, botol plastik kemasan yang beredar di pasaran banyak yang mengandung BPA. 

Para ahli mengatakan paparan BPA dari botol plastik dapat meningkatkan risiko ketidakseimbangan hormon, masalah kesuburan, dan berbagai penyakit lainnya.

Studi ini juga menyoroti bahwa air minum dalam kemasan mengandung lebih banyak partikel mikroplastik dan nanoplastik, jenis polusi plastik yang paling mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia.

Hal ini karena partikel-partikel yang sangat kecil tersebut dapat menyerang sel dan jaringan di organ-organ utama, dan menyimpan bahan kimia yang mengganggu endokrin seperti bisphenol, ftalat, flame retardants, per- and polyfluorinated substances (PFAS), dan logam berat.

"Semua bahan kimia tersebut digunakan dalam pembuatan plastik, jadi jika plastik masuk ke dalam tubuh kita, plastik tersebut membawa bahan kimia tersebut. Dan karena suhu tubuh lebih tinggi daripada suhu di luar, bahan kimia tersebut akan berpindah keluar dari plastik dan berakhir di tubuh kita," kata Sherry Mason, direktur keberlanjutan di Penn State Behrend, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Bahan kimia tersebut dapat terbawa ke hati, ginjal, dan otak kita, dan bahkan melintasi batas plasenta dan berakhir di janin yang belum lahir," imbuhnya. (nas/sun)

Lebih baru Lebih lama