Trending

Hingga Juli, Perekonomian Kalsel Menunjukkan Tren Positif

KONDISI - Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalsel, Syafriadi menyampaikan keterangan kepada pers terkait kondisi perkonomian hingga Juli 2024.(pemprov kalsel)

BANUATODAY.COM, BANJARMASIN - Hingga Juli 2024 perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan tren positif.

Kondisi perekonomian masih kuat walaupun harus menghadapi berbagai tekanan ekonomi. 

Aktivitas dan mobilitas masyarakat di Juli ini setelah liburan sekolah kembali ke kondisi normal. 

Beberapa sektor seperti pariwisata mengalami penurunan tetapi sektor lain seperti pendidikan dan kegiatan yang berkaitan dengan tahun ajaran baru mengalami peningkatan.

Hal itu disampaikan Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalsel, Syafriadi.

Dia menyebutkan, dari sisi belanja pemerintah, Juli 2024 yang merupakan periode awal semester II 2024, pemerintah melanjutkan pengeluaran atau belanja untuk proyek-proyek infrastruktur dan program-program yang telah direncanakan sebelumnya. 

Indikator-indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalsel yang masih positif.

“Diantaranya ialah tingkat inflasi Juli 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,44 persen (mtm) atau mengalami mengalami inflasi sebesar 1,85 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 2,13 persen (yoy). Dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kota Banjarmasin sebesar 2,38 persen (yoy). Penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, gula pasir, tarif parkir, dan ikan haruan (gabus),” kata Syafriadi, Banjarmasin Selasa (27/8/2024).

Juga neraca perdagangan kembali mengalami surplus di Juli 2024, tetapi tercatat mengalami kontraksi -70,90 persen dibandingkan Juli 2023.

Perlambatan neraca perdagangan juga terjadi secara month-to-month sebesar -66,54 persen dari US$890,04 juta di Juni menjadi US$297,78 juta di Juli. 

Penurunan ini masih dipicu oleh turunnya nilai ekspor akibat harga batu bara yang terkontraksi dari 2023.

“Kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan Juli 2024 telah terealisasi sebesar Rp11,91 Triliun atau 51,51 persen dari target. Jika dibandingkan pada periode yang sama di 2023, kinerja pendapatan APBN terkontraksi 18,07 persen. Kontraksi ini terus menurun jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya, dan ditargetkan sampai dengan akhir tahun target penerimaan negara dapat tercapai,” jelasnya. 

Menurut Syafriadi, walaupun secara total penerimaan negara mengalami kontraksi, di sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 14,72 persen dengan realisasi sebesar Rp1,06 Triliun. 

Dari sisi belanja negara, realisasi total belanja negara sebesar Rp21,38 triliun atau 55,37 persen dari pagu.

“Capaian ini meningkat 25,17 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi Belanja untuk Juli 2024 terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp4,95 Triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp16,43 Triliun,” tambahnya.

Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan negara yaitu Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp10,66 Triliun atau 49,68 persen dari target, terkontraksi sebesar 19,54 persen (yoy).

Kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp6,32 Triliun, kemudian PPN memberikan kontribusi sebesar Rp3,69 Triliun.

Tiga sektor yang memberikan kontribusi penerimaan perpajakan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 32,9 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 18,9 persen serta pengangkutan dan pergudangan sebesar 16,7 persen.

“Secara kumulatif, mayoritas sektor utama masih tumbuh positif sampai dengan Juli 2024, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Perdagangan Besar, Sektor Pertanian, Sektor Aktivitas Penyewaan dan Sektor Konstruksi yang mengalami kontraksi,” papar Syafriadi.

Kinerja penerimaan negara yang dipungut oleh Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai Kalbagsel sampai dengan Juli 2024 sebesar Rp5,02 Triliun, yang terdiri dari penerimaan Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp187,67 Miliar dan Penerimaan lainnya sebesar Rp4,83 Triliun.

Tantangan yang dihadapi terkait penerimaan yang dipungut oleh Kanwil DJBC Kalbagsel adalah penurunan harga ekspor komoditas batubara, CPO dan turunannya.

Selanjutnya pada sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), realisasi penerimaannya telah mencapai Rp1,06 Triliun atau 85,71 persen dari target, tumbuh 14,72 persen (yoy). 

Capaian ini berasal dari PNBP BLU (21,1 persen) dan PNBP Lainnya (78,9 persen). PNBP Lainnya salah satunya berasal dari PNBP yang dipungut DJKN yaitu PNBP aset, piutang negara, dan bea lelang. (adp/sun)

Lebih baru Lebih lama